wan
WIDE AREA NETWORKS (WAN)
9.1. Pendahuluan
WAN (Wide Area Network)
merupakan sistem jaringan yang
menghubungkan antar Autonomous
System (AS). Satu Autonomous
System dapat terdiri atas satu jaringan
atau lebih. WAN mencakup daerah
geografis yang luas, memungkinkan
komunikasi antara dua perangkat
yang terpisah dengan jarak yang
sangat jauh.
Untuk menhubungkan beberapa
autonomous system, selain diperlukan
media fisik tertentu, juga diperlukan
teknologi WAN yang bekerja dengan
melakukan komunikasi dengan
pengolahan frame.
Pada implementasinya, teknologi
WAN dapat bekerja pada lapisan
datalink atau gabungan antara lapisan
fisik dan datalink. Pada lapisan
datalink yang dikerjakan merupakan
proses sinkronisasi digital yang juga
dilengkapi dengan authentikasi.
Pada lapisan fisik, sejumlah
standarisasi pensinyalan yang
didefinisikan pada type jalur tertentu
dengan kapasitas maksimal data yang
dapat dimuatkan pada media telah
disediakan untuk membangun Wide
Area Network (WAN). Tabel 9.1
menjelaskan standarisasi media yang
dapat digunakan untuk membangun
Wide Area Network (WAN).
Pada implementasinya macam-
macam line type di produksi oleh
banyak vendor, satu hal yang
membatasi dalam pembuatannya,
setiap vendor harus mematuhi aturan
standarisasi seperti tercantum pada
table 9.1
Tabel 9.1 Standarisasi media WAN
dan karakteristiknya
Tujuan:
Pembahasan ini bertujuan agar s
dapat :
iswa
ide
1. Wide Area Network, meliputi
Koneksi WAN, VLAN, VPN, PPP,
Frame Relay
2. Diagnosa permasalahan Wide
Area network
3. Perbaikan / setting ulang Wide
Area network
Pokok Bahasan
Dalam pembahasan ini meliputi:
1. Mengidentifikasi infrastruktur W
Area Network (WAN)
2. Melakukan Diagnosa
permasalahan pada Wide Area
Network (WAN)
3. Siswa membuat konfigurasi dari
Administrasi Server sebagai
pengisi Wide Area Network (WAN) Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 378
Setelah jaringan terhubung
dengan menggunakan media fisik
tertentu, maka selanjutnya untuk
keperluan pertukaran data diperlukan
suatu proses yang mengatur
pertukaran data melalui aplikasi
tertentu. Proses ini selanjutnya dikenal
dengan Encapsulasi/Dekapsulasi
(Encapsulation/Decapsulation).
Encapsulasi adalah proses
pemberian informasi (berupa header
atauTrailer) data menjadi paket data
(PDU = Protocol Data Unit) sebelum
dikirimkan ke layer selanjutnya,
proses ini terjadi pada proses
pengiriman paket data menuju host
tujuan.
Proses dari Encapsulation terbagi
kedalam lima proses, yaitu :
Tahap 1: Build the Data (PDU = Data).
Proses perubahan format aplikasi
menjadi PDU yang disebut sebagai
DATA, yang dapat dikirimkan melalui
media jaringan.
Tahap 2: Package the data for end-to-
end transport (PDU = Segments).
Proses pengumpulan data yang akan
dikirimkan menjadi paket data yang
disebut dengan SEGMENT.
Tahap 3: Add the network IP address
to the header (PDU=Packets).
Pemberian informasi alamat logical (IP
Address) asal dan tujuan paket data.
Tahap 4: Add the data link layer
header and trailer (PDU=Frames).
Pemberian informasi (Frame Header
and Trailer) paket data mengenai
perangkat jaringan yang terhubung
langsung (directly-connected).
Tahap 5: Convert to bits for
transmission (PDU=Bits). Proses
konversi paket digital menjadi sinyal-
sinyal listrik agar paket data dapat
dikirimkan melalui media.
Proses Enkapsulasi terjadi dari
Tahap 1 menuju/sampai tahap 5,
sedangkan proses kebalikannya yang
terjadi pada host tujuan berupa tahap
5 menuju tahap 1 diatas dikenal
dengan istilah Dekapsulasi, yaitu
terjadi proses pelepasan informasi
(berupa header atau trailer) paket data
menjadi data.
Proses enkapsulasi terjadi
pada proses pengiriman paket data
atau proses request pada handshake.
Sedangkan proses dekapsulasi terjadi
pada proses penerimaan paket data
(pada sisi tujuan) atau pada
handshake dikenal dengan istilah
respon.
Tips :
Simulasi dari analogi teori ini dapat
dilihat pada aplikasi network capture
dari software wireshark. Pada Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 379
software ini dapat dilihat spesifikasi
content pada setiap layer meliputi
data, header dan trailler-nya.
Gambar 9 - 1 PDU Pada OSI Model
WAN dapat menghubungkan
banyak LAN serta menyediakan
akses ke komputer–komputer atau
server pada lokasi lain. Beberapa
teknologi WAN antara lain adalah
ISDN, DSL, PPP, Frame Relay, T1,
E1, T3, E3 dan SONET.
Penyedia layanan jaringan WAN
biasa menggunakan istilah-istilah
jaringan berikut untuk
menggambarkan bagian utama dari
jaringan WAN:
1. Customer Premises Equipment
(CPE), yaitu peralatan yang
dimiliki dan berada di lokasi
pelanggan.
2. Data Terminating Equipment
(DTE), yaitu perangkat (dapat
berupa perangkat tunggal atau
berupa sistem) yang berfungsi
untuk mengakses jaringan publik
yang berada di lokasi pelanggan
3. Local Loop, yaitu jalur yang
menghubungkan demarcation
dengan lokasi switch yang berada
di lokasi Central Office terdekat.
4. Data Circuit Terminating
Equipment (DCE), yaitu perangkat
(dapat berupa perangkat tunggal
atau berupa sistem) yang
berfungsi untuk membagi akses
jaringan publik kepada pelanggan.
5. Central Office, yaitu perangkat
yang menghubungkan pelanggan
ke jaringan switching milik
provider. Central Office juga biasa
di sebut dengan istilah Point Of
Presents (POP).
Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 380
Gambar 9 - 2 Komponen WAN
9.2. KONEKSI WIDE AREA
NETWORK
Dalam membangun jaringan
WAN, maka yang harus dibentuk
pertama adalah membangun koneksi
antar terminal yang berfungsi sebagai
komponen WAN. Koneksi tersebut
dibangun dengan memberikan
pengaturan signaling, namun karena
perangkat yang dihubungkan terpisah
dalam jarak geografis yang relatif
jauh, maka diperlukan suatu jaringan
komunikasi data, yang selanjutnya
dikenal dengan istilah teknologi WAN.
Teknologi WAN terdiri dari
beberapa jenis koneksi, antara lain
(Lihat gambar 9.2):
1. Leased Line (dedicated point –
to-point)
2. Circuit Switched
3. Packet Switched
Sedangkan pada implementasinya
dapat digunakan konsep Point to Point
Protocol (PPP), Frame Relay dan
Digital Subscriber Line (DSL).
Gambar 9 - 3 Teknologi WAN
9.2.1. Dedicated Point to Point.
Merupakan link point to point atau
koneksi dedicated. Koneksi ini tidak
memerlukan proses call setup terlebih
dahulu ketika hendak mengirimkan
data antar DTE. Mekanisme
pengiriman pada koneksi leased line
dilakukan secara synchronous serial. Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 381
Koneksi ini dapat terjadi pada jaringan
switching sederhana, jaringan yang
dibangun mempunyai banyak koneksi
secara fisik, namun untuk operasi
dalam satu waktu hanya ada satu
fungsi koneksi. Jalur untuk koneksi ini
biasanya di-multiplexing-kan, baik
dengan menggunakan teknik
Frequency Division Multiplexing (FDM)
maupun Time Division Multiplexing
(TDM). Penerapan di lapangan
diimplementasikan dengan
menggunakan konsep HDLC dan
PPP.
Gambar 9 - 4 Dedicated Point-to-Point link
9.2.2. Circuit Switching.
Pada teknik ini, sebelum pengiriman
data dilakukan, terlebih dahulu harus
dilakukan proses pembentukan
koneksi dengan melakukan prosedur
call setup.
PSTN dan ISDN merupakan sistem
yang menerapkan koneksi circuit
switching ini.
Gambar 9 - 5 Circuit Switch
Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 382
9.2.3. Packet Switching.
Teknik ini adalah metode WAN
switching yang mengijinkan user untuk
membagi bandwidth dengan
pengguna lain untuk menghemat
biaya. Teknologi ini merupakan
pengembangan dari teknologi Leased
Line. Mekanisme pengiriman data di
lakukan secara Synchrounous Serial.
Pada beberapa konsep, teknik ini
dikenal dengan konsep Store and
Forward, dengan teknis penyampaian
data dari host pengirim ke host
penerima akan dapat terjadi apabila
terjadi hubungan antara keduanya
baik secara langsung sesuai dengan
urutan hop yang direncanakan dalam
konsep routingnya, maupun secara
tidak langsung dengan mengirimkan
data ke tujuan melalui router lain
sebagai perantaranya, yang jelas
target penyampaian data pada host
tujuan harus terjadi.
Gambar 9 - 6 Packet Switch
9.2 Protokol WAN
Infrastruktur untuk teknologi WAN
dapat beroperasi dengan adanya
Protokol WAN. Teknologi WAN akan
dapat beroperasi disesuaikan dengan
Protokol WAN yang cocok, perangkat
yang membentuknya, dan spesifikasi
perangkat dari vendornya.
Saat ini terdapat beberapa jenis
protokol yang digunakan untuk
menyediakan mekanisme pengiriman
data melalui jaringan WAN.
Diantaranya adalah:
1. Protokol HDLC (High Level
Datalink Control)
2. PPP (Point to Point Protocol)
3. Protokol X.25 Protocol dan LAPB
(Link Access Procedure Balanced)
4. Frame Relay
5. ISDN
Dalam fungsinya untuk
mendukung internetworking, maka
pengamatan terhadap kinerjanya akan
berorientasi pada arsitektur
komunikasi data baik OSI maupun
TCP/IP. Hal ini terjadi karena setiap
perangkat yang dipergunakan untuk
komunikasi internetworking harus
distandarisasi dibawah ISO melalui
OSI, dan kinerjanya harus dapat
mengikuti proses enkapsulasi/
dekapsulasi baik yang dianalisa
melalui arsitektur OSI maupun
TCP/IP.
Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 383
9.2.1 Protokol HDLC (High Level
Datalink Control)
HDLC merupakan sebuah
protokol yang bekerja pada lapisan
datalink. Pertama kali dibuat oleh ISO,
merupakan sebuah protokol yang
menetapkan metode enkapsulasi
data pada koneksi fisik kabel serial
dengan data rate 9600 bps. .HDLC
biasa digunakan pada jenis koneksi
leased line dan mekanisme
autentikasi tidak harus digunakan.
HDLC merupakan enkapsulasi
default dari sistem router Cisco. Akan
tetapi HDLC yang digunakan oleh
router Cisco adalah HDLC yang dibuat
sendiri oleh Cisco. Hal ini dikarenakan
HDLC yang dikeluarkan oleh ISO
memiliki kelemahan, yaitu masih
bersifat single protocol. Sedangkan
HDLC yang dibuat oleh Cisco memiliki
kemampuan multiprotocol. HDLC
mampu mengenkapsulasi beberapa
jenis data yang menggunakan routed
protocol (IP, IPX, dsb) atau protokol
layer 3 dan pengirimannya dilakukan
secara simultan.
HDLC dapat diimplementasikan
pada interface serial yang terdapat
pada dedicated router dari vendor
Cisco, dengan menggunakan
perintah:
Router(config) # int s0
Router(config‐if) #encapsulation hdlc
Untuk memeriksa apakah HDLC
sudah terpasang pada interface serial,
dapat digunakan perintah show
interface serial0, perhatikan bagian
yang menerangkan adanya HDLC
Encapsulation.
9.2.2 PPP (Point to Point Protocol)
PPP (Point to Point Protocol)
merupakan protokol data link layer
yang dapat digunakan pada media
asynchrounous serial atau
synchrounous serial. PPP pada
dasarnya merupakan pengembangan
dari protokol SLIP (Serial Line
Interface Protocol), yaitu sebuah
protokol standard point to point yang
menggunakan protokol TCP/IP.
PPP memiliki kemampuan untuk
melakukan proses autentikasi dan
bersifat multiprotocol, sehingga
menjadi solusi yang banyak
digunakan untuk komunikasi WAN.
Segmentasi protokolnya dapat dilihat
pada gambar 9.4
Gambar 9 - 7 Fungsi Kerja PPP dari model Referensi Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 384
Pada gambar 9.4 terlihat untuk
mendukung fungsi kerja PPP, maka
terdapat dua lapisan yang terlibat,
yaitu Lapisan Datalink dan Network.
Lapisan Physical bertugas untuk
menyediakan media yang diperlukan
untuk menghubungkan antar router
baik dengan menggunakan Media
Synchronous maupun Asiynchronous.
Lapisan Network bertugas
memberikan layanan traffic
menggunakan NCP (Network Control
Protocol) dan memberikan layanan
traffic secara logika dengan
menggunakan protocol IP, IPX dan
protocol layer 3 lainnya.
Lapisan Datalink yang
mempunyai peranan dominan, terkait
dengan beberapa komponen PPP,
diantaranya :
1. HDLC merupakan sebuah metoda
untuk melakukan enkapsulasi
datagram melalui jalur serial.
2. LCP (Link Control Protocol)
merupakan sebuah metoda dari
penetapan, pemeliharaan dan
pemutusan hubungan point to
point.
3. NCP (Network Control Protocol)
merupakan sebuah metoda dari
pembentukan dan pengkonfigura-
sian protokol-protokol lapisan
jaringan. PPP dirancang untuk
melakukan pengiriman secara
simultan melalui beberapa protokol
jaringan.
NCP digunakan untuk melakukan
komunikasi dari beberapa protokol
jaringan yang dienkapsulasi oleh
PPP.
Protokol LCP memiliki beberapa
kemampuan, diantaranya:
- Autentikasi. Untuk keamanan
hubungan, PPP menyediakan
kemampuan autentikasi.
- Compression, digunakan untuk
meningkatkan kinerja proses
pengiriman data. Stacker dan
Predictor merupakan dua jenis
protokol yang mendukung PPP
dalam proses kompresi data.
- Error Detection. PPP meng-
gunakan protokol Quality Magic
untuk menjamin kehandalan data
yang dikirim.
- Multilink, memecahkan data yang
akan dikirim, kemudian dikirimkan
melalui dua atau lebih jalur secara
paralel dan sisi penerima
melakukan proses penyusunan
data.
Ketika koneksi hendak dibentuk
oleh PPP, biasanya ada tiga fase
yang biasa dilakukan yaitu:
1. Fase Pembentukan Jalur. Paket
LCP dikirimkan oleh setiap device
untuk mengkonfigurasi dan
menguji jalur.
2. Fase Autentikasi (jika digunakan).
3. Fase Protokol lapisan jaringan.
PPP menggunakan NCP untuk
mengijinkan beberapa protokol
layer network dienkapsulasi dan
dikirimkan melalui sebuah PPP.
Ada dua metoda autentikasi yang
disediakan oleh PPP yaitu:
1. PAP
2. CHAP
1. Password Authentication
Protocol (PAP)
Metode autentikasi ini kurang
begitu aman dibanding metoda
CHAP. Password dikirimkan dalam
bentuk clear text. Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 385
Dalam metoda PAP, salah satu
router (remote router)
mengirimkan username dan
password dalam bentuk clear text
ke router lainnya (akses server).
Handshake untuk pembentukan
link PPP terjadi setelah hubungan
router secara fisik terbangun,
dilanjutkan dengan penentuan
enkapsulasi PPP, diakhiri sampai
enkapsulasi PPP disetujui dengan
authetikasi yang telah ditentukan
(PAP/CHAP). Proses ini
diilustrasikan pada gambar 9.5.
Gambar 9 - 8 Handshake Password Authentication Protocol (PAP)
Kemudian router akses server akan
mengautentikasi dan memutuskan
apakah menerima hubungan tersebut
atau menolaknya tergantung pada
informasi username dan password
yang terdapat di database lokal
dengan username dan password yang
diajukan oleh remote router.
Gambar 9.5 memperlihatkan
implementasi penggunaan protokol
PPP dengan menggunakan
autentikasi PAP.
Implementasi PPP dengan
autentikasi PAP dapat dilakukan
dengan cara menghubungkan kedua
router point to point-nya melalui
jaringan PSTN/ISDN. Konfigurasi
pada kedua router dapat dilakukan
dengan:
Router 1:
Router(config) # hostname ROUTER1
Router(config)# username ROUTER2
password DUA
Router(config) # interface serial0
Router(config‐if) # encapsulation ppp
Router(config‐if)# ppp authentication
pap
Router(config‐if) # ppp pap sent‐
username ROUTER1
password SATU
Router 2: Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 386
Secara umum, konfigurasi PPP
dengan menggunakan autentikasi
PAP dapat dilakukan dengan
beberapa perintah, yakni:
1. Menetapkan nama remote user
yang berhubungan dengan
router lokal, dengan perintah:
2. Pemasangan jenis enkapsulasi
PPP dengan perintah:
3. Tentukan jenis autentikasi
PAP, dengan perintah:
4. Kirimkan nama user lokal dan
password yang terdaftar di
database router lain untuk
melakukan proses autentikasi,
dengan perintah:
Router(config) # hostname ROUTER2
Router(config) # username ROUTER1
password SATU
Router(config) # interface serial0
Router(config‐if) # encapsulation ppp
Router(config‐if) # ppp pap sent‐
username local_user
password
password_koneksi Router(config‐if) # ppp
authentication pap
Router(config‐if) # ppp pap sent‐
username ROUTER2
password DUA
2. Challenge Authentication
Protocol (CHAP)
Metoda autentikasi CHAP lebih
aman dibandingkan PAP. Sebelum
data dikirimkan terlebih dahulu
dienkripsi. Gambar 9.6 memberi
ilustrasi proses autentikasi dengan
metode CHAP. Setelah hubungan
PPP ditetapkan, akses server
mengirimkan sebuah sinyal Challenge
ke remote user.
Remote user merespon dengan
memberikan username dan password
yang telah dienkripsi dengan
menggunakan metode MD5 (Message
Digest 5).
Router(config‐if) # username
<remote user> password
<password koneksi>
Kemudian akses server menerima
respon dari remote user dan
membandingkan hasil enkripsi remote
user dengan hasil enkripsi yang
dimiliki akses server. Jika hasilnya
sama, maka autentikasi diterima dan
hubungan bisa dibentuk.
Implementasi PPP dengan
autentikasi CHAP dapat dilakukan
dengan cara menghubungkan kedua
router point to point-nya melalui
jarinngan PSTN/ISDN.
Router(config‐if) # encapsulation ppp
Router(config‐if) # ppp authentication pap
Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 387
Gambar 9 - 9 Handshake PPP dengan CHAP
Secara umum, konfigurasi PPP
dengan menggunakan autentikasi
CHAP dapat dilakukan dengan
menggunakan perintah-perintah
berikut:
Konfigurasi pada kedua router
Router 1:
Router(config) # hostname ROUTER1
Router(config) # username ROUTER2
password PASS
Router(config) # interface serial0
Router(config‐if) # encapsulation ppp
Router(config‐if) # ppp authentication chap
1. Menetapkan nama remote user
yang dapat berhubungan dengan
router lokal. Caranya dengan
menggunakan perintah:
Router 2:
2. Pemasangan jenis enkapsulasi
PPP dengan menggunakan
perintah:
Router(config-if) # encapsulation ppp
Router(config) # username <remote user>
password <password koneksi>
Router(config) # interface serial0
Router(config‐if) # encapsulation ppp
Router(config‐if) # ppp authentication chap
Router(config‐if) # ppp chap hostname
ROUTER2
Router(config‐if) # ppp chap password PASS
Router(config) # hostname ROUTER2
Router(config) # username ROUTER1
password PASS
3. Menentukan jenis autentikasi
CHAP, dengan perintah:
Router(config-if) # ppp authentication pap
4. Pada salah satu router, tentukan
username dan password Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 388
koneksinya, dengan mengguna-
kan cara mengirimkan nama user
lokal dan password yang terdaftar
di database router lain untuk
melakukan proses autentikasi,
dengan menggunakan perintah:
Konfigurasi PPP yang telah kita
lakukan dapat diverifikasi dengan
menggunakan perintah-perintah
berikut:
- show running-config,
menampilkan perintah-perintah
yang kita gunakan untuk
konfigurasi PPP.
- show interface serial,
memastikan apakah enkapsulasi
PPP sudah terpasang pada
interface serial. Perhatikan
bagian yang menyebutkan
Encapsulation ppp.
9.2.3 Protokol X.25 dan LAPB (Link
Access Procedure Balanced)
Pendekatan tradisional packet
switching memungkinkan penggunaan
X.25 yang tidak hanya menentukan
interface user dari jaringan WAN,
akan tetapi juga mempengaruhi
desain internal jaringan, dengan
beberapa pendekatan:
- Packet-packet control panggilan,
yang diperlukan untuk mensetup
dan membubarkan sirkuit virtual,
dibawa pada channel yang sama
pada sirkuit virtual yang sama
sebagai paket data. Akibatnya,
diperlukan pensinyalan inband.
- Multiplexing sirkuit virtual
menempati layer 3 model
komunikasi OSI.
- Baik layer 2 maupun layer 3
mencakup mekanisme kendali
aliran dan koreksi kesalahan.
Router(config‐if) # ppp chap hostname
local_router
Router(config‐if) # ppp chap password
password_koneksi
Gambar 9 - 10 Link X.25
X.25 merupakan sebuah protokol
standar yang mendefinisikan
hubungan antara sebuah terminal
dengan jaringan packet switching.
X.25 didesain untuk dapat melakukan
pengiriman dan penerimaan data
melalui jalur analog. Protokol X.25
beroperasi pada layer network,
sedangkan layer datalink dikelola oleh
protokol LAPB (Link Access
Procedure Balanced) yang
menyediakan kehandalan dan
mekanisme sliding windows.
DTE dan DCE pada X.25
mengidentifikasi tanggung jawab dari
dua station yang terpasang pada
jaringan X.25. Protokol X.25
mengimplementasikan virtual circuit
diantara X.25 DTE dan X.25 DCE.
X.25 DTE biasanya berupa router,
sedangkan X.25 DCE biasanya
bertindak sebagai fungsi pembatas ke
jaringan data publik dengan sebuah
switch/concentrator. Jenis virtual
circuit yang disediakan oleh X.25 ada
dua jenis yaitu SVC (Switched Virtual
Circuit) dan PVC (Permanent Virtual
Circuit). Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 389
Bentuk pengalamatan dari X.25
didefinisikan oleh ITU-T yang dikenal
dengan pengalamatan X.121, yang
terdiri dari:
- 4 digit pertama menetapkan DNIC
(Data Network Identification Code).
- Maksimal 10 atau 11 digit
menetapkan NTN (Network
Terminal Number).
Implementasi penggunaan
protokol X.25 pada jaringan SVC
Switched Virtual Circuit) di router
dapat dilakukan dengan cara:
1. Mendefinisikan jenis enkapsulasi
(default: DTE ):
2. Menetapkan alamat x.121:
3. Memetakan alamat network layer
protocol (mis, IP, IPX) dengan
alamat x.121
Implementasi penggunaan
protokol X.25 pada jaringan PVC
(Permanent Virtual Circuit) di router
dapat dilakukan dengan cara:
1. Mendefinisikan jenis enkapsulasi
(default: DTE ):
2. Menetapkan alamat x.121:
3. Memetakan alamat network layer
protocol (mis, IP, IPX) dengan
alamat x.121:
Konfigurasi X.25 yang telah
dilakukan dapat diverifikasi dengan
menggunakan perintah-perintah:
- show running-config,
menampilkan perintah-perintah
yang telah digunakan untuk
mnenerapkan konfigurasi X.25
- show interface-serial,
memastikan apakah enkapsulasi
X.25 sudah terpasang pada
interface serial.
9.2.4 Frame Relay
Jaringan Frame Relay dirancang
untuk dapat menampilkan kualitas
koneksi yang lebih efektif
dibandingkan dengan X.25. Protokol
Frame Relay mendefinisikan proses
pengiriman data melalui sebuah
jaringan data publik, dengan sifat
koneksi yang connection oriented.
Overhead (header) yang
diberikan oleh encapsulasi Frame
relay mempunyai kapasitas yang lebih
kecil dibanding dengan header dari
encapsulasi X.25, hal ini akan
menyebabkan kualitas koneksi Frame
relay dinilai lebih baik
Router(config‐if) # x25 map protocol
address x.121‐address
Router(config‐if) # encapsulation x25 [
dce | dte ]
Router(config‐if) # x25 address x.121‐
address
Router(config‐if) # encapsulation x25 [dce
| dte ]
Router(config‐if) # x25 address x.121‐
address
Router(config‐if) # x25 pvc
circuit_number protocol
address x.121‐addressTeknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 390
Frame Relay mempunyai
kelemahan yaitu berkurangnya
kemampuan flow control dan error
correction antar jalur router – link
frame relay, akan tetapi kemampuan
ini tersedia pada lapisan diatasnya.
Frame relay mempunyai
kelebihan, yaitu dapat menyediakan
proses komunikasi yang ringan.
Fungsi protokol yang diperlukan pada
interface pemakai jaringan menjadi
berkurang saat terjadi proses
encapsulasi frame relay, akibatnya
delay lebih rendah dan laju
penyelesaian komunikasi yang lebih
tinggi dapat terjadi.
Rekomendasi ITU-T I.233
menunjukkan bahwa Frame Relay
dapat digunakan pada akses dengan
kecepatan sampai 2Mbps.
Sama halnya dengan X.25,
Frame Relay memiliki kemampuan
membentuk beberapa Virtual Circuit
melalui sebuah jalur pengiriman
dengan memasangkan identitas
koneksi ke setiap pasang device DTE
yang terhubung. Teknik pemberian
identifikasi ini dikenal dengan istilah
DLCI (Datalink Connection Identifier).
Ketika device switch pada
service provider menerima frame dari
DTE melalui LMI (Local Management
Inteface), maka switch akan
menganalisis DLCI dan mengirim
frame ke port yang sebelumnya telah
ditetapkan. LMI adalah signaling yang
terpasang antara CPE (DTE) dengan
Switch Frame Relay, Identitas DLCI
yang memetakan pengenal koneksi
tiap interface akan disimpan pada
table yang dibentuk oleh switch frame
relay pada service provider. Nomor ini
selanjutnya akan dipetakan secara
statis maupun dinamis dengan alamat
network layer dengan menggunakan
protokol IARP (Inverse Address
Resolution Protocol).
Berikut ini akan diuraikan contoh
konfigurasi frame relay pada beberapa
perangkat router. Device dedicated
router yang diproduksi oleh vendor
Cisco dapat mendukung tiga jenis
LMI, yaitu:
- Cisco
- Ansi
- Q933a
Konfigurasi Frame Relay pada
jaringan router Cisco dapat dilakukan
dengan cara:
1. Tentukan interface yang akan
dihubungkan dengan frame relay
2. Berikan konfigurasi alamat network
layer (IP Address)
3. Pilih jenis enkapsulasi yang akan
digunakan:
Router(config‐if) # encapsulation frame
relay [cisco | ietf]
*) Catatan:
- Enkapsulasi Frame Relay Cisco
merupakan nilai default. Dipilih,
jika pasangan komunikasinya
menggunakan Router Cisco
- Enkapsulasi Frame Relay ietf
dipilih jika pasangan
komunikasinya router non-Cisco.
4. Tentukan jenis LMI yang digunakan:
Router(config‐if) # frame‐relay lmi‐type
[cisco | ansi | a933a]
5. Menetapkan nomor DLCI yang
digunakan :
Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembin 391 aan Sekolah Menengah Kejuruan
Router(config‐if) # frame‐relay interface‐
dlci [number‐dlci]
Router(config‐if) # frame‐relay map [ip
address dlci number
broadcast]
6. Konfigurasi pemetaan alamat jika
hendak menggunakan cara
pemetaan statis, maka digunakan
perintah:
Sebagai ilustrasi implementasi
Frame Relay, diperlihatkan pada
gambar 9.8.
(a)
(b)
Gambar 9 - 11 Link Frame Relay
(a) Topologi implementasi Frame Relay, (b) Konfigurasi DLCI Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 392
Gambar 9.8 (a) memperlihatkan
topologi implementasi Frame Relay
yang terdiri atas empat buah router
yang tergabung dalam satu awan
frame relay.
Gambar 9.8 (b) menunjukkan
konfigurasi DLCI untuk keperluan
pengalamatan Frame Relay pada
setiap router.
Untuk membangun topologi
sesuai gambar 9.8, maka yang harus
dilakukan pada setiap router adalah :
1. Konfigurasi network pada interface
yang digunakan untuk frame relay.
2. Set Clock rate, disesuaikan
dengan media yang digunakan.
Apabila digunakan serial, clock
rate dapat di set 4800.
3. Set encapsulation frame relay,
untuk memfungsikan frame relay
sebagai enkapsulasi lapisan
datalink nya.
4. Set DLCI Number untuk masing-
masing jalur, disesuaikan dengan
perencanaan.
Contoh untuk konfigurasi pada R1,
dapat digunakan sintaks seagai
berikut :
Konfigurasi untuk Router 2, 3 dan 4
dapat disesuaikan dengan topologi,
dan urutan sesuai konfigurasi router 1
diatas.
Konfigurasi Frame Relay yang telah
dilakukan dapat diverifikasi dengan
menggunakan perintah:
- Show frame-relay pvc,
menampilkan statistic trafic data
pada virtual circuit. Responnya
perhatikan statistik interface yang
digunakan untuk frame relay (DLCI,
DLCI Usage, PVC Status dan jenis
interface yang digunakan).
- Show interface serial, memastikan
enkapsulasi Frame relay sudah
terpasang atau belum. Responnya
perhatikan baris yang menyatakan
“Encapsulation FRAME-RELAY”
- Show running-config,
menampilkan perintah-perintah
yang telah digunakan untuk
menerapkan konfigurasi frame
relay. Responnya perhatikan bagian
yang menyebutkan:
- encapsulation frame-relay
- frame relay lmi-type [ ]
- frame-relay interface-dlci [ ]
Router(config)#hostname R1
R1(config)#int s2/0
R1(config‐if)#ip address 10.20.30.1
255.255.255.0
- Show frame-relay map,
menampilkan pemetaan antara
DLCI number dan alamat network
layer. Responnya perhatikan angka
yang menunjukkan alamat DLCI
dan alamat network layer / ip
address, dan metode penetapan
nomor DLCI-nya (static/dynamic).
Jaringan Frame Relay memiliki
sifat NBMA (Non Broadcast Multi
Access). Jaringan frame relay yang
menerapkan pemasangan beberapa
PVC terhadap sebuah interface di
router akan menimbulkan masalah
R1(config‐if)#clock rate 4800
R1(config‐if)#encapsulation frame‐relay
R1(config‐if)# frame‐relay interface‐dlci
100
R1(config‐if)# frame‐relay interface‐dlci
101
R1(config‐if)# frame‐relay interface‐dlci
102
R1(config‐if)#no shutdown Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 393
dengan aturan split horizon. Akan
tetapi masalah tersebut dapat diatasi
dengan cara:
1. Me-non-aktifkan aturan split
horizon. Hanya saja jika cara ini
dilakukan, maka akan
menimbulkan masalah baru yaitu
terjadi routing loop jika terjadi
perubahan topologi.
2. Membentuk sub interface. Sebuah
interface dibentuk seolah-olah
terdiri dari beberapa interface
secara logika (virtual), dalam
beberapa implementasi dikenal
dengan istilah aliasing. Cara ini
merupakan cara yang paling
efektif untuk menangani masalah
split horizon yang terjadi pada
jaringan NBMA, khususnya frame
relay.
Langkah untuk membentuk sub
interface pada sebuah interface:
1. Tentukan interface yang akan
dibentuk menjadi sub interface
2. Hilangkan network layer address
yang ada, apabila telah memiliki
alamat, maka frame tidak akan
diterima oleh subinterface.
3. Konfigurasikan enkapsulasi frame
relay
4. Pilih sub interface yang akan
dikonfigurasi:
Contoh konfigurasi untuk
implementasinya dapat di lihat pada
kotak perintah disamping:
Router(config) # interface serial0
Router(config‐if) # no ip address
Router(config‐if) # encap frame‐relay
Router(config‐if) # int s0.2 point‐to‐point
Router(config‐subif) # ip address
192.168.100.1
255.255.255.0
Router(config‐subif) # frame‐relay
interface‐dlci 100
Router(config‐if) # int s0.3 multipoint
Router(config‐subif) # ip address
192.168.200.1
255.255.255.0
Router(config‐subif) # frame‐relay
interface‐dlci 200
Router(config‐subif) # frame‐relay
interface‐dlci 300
Router(config-if) # no ip address
Dalam implementasinya, jaringan
Frame Relay dapat menggunakan
topologi:
- Star
- Full Mesh
- Partial Mesh
Router(config-if) # interface serial
nomor-port.nomor-
subinterface
9.3 Virtual LAN (VLAN)
Virtual LAN (VLAN) adalah
sebuah konsep yang menggabungkan
beberapa broadcast domain menjadi
satu collision domain. Penerapan Teknik Komputer dan Jaringan
konfigurasi Virtual LAN (VLAN) dapat
dilakukan pada Manageable Switch.
Port diberikan identitas VLAN ID
untuk komunikasi dengan port yang
lainnya. Port dengan VLAN ID yang
sama dikatakan berada dalam satu
broadcast domain. Sebaliknya apabila
antar port berbeda identitas VLAN ID-
nya maka berbeda pula broadcast
domainnya (tidak dapat saling
berkomunikasi), walaupun berada
pada fisik manageable switch yang
sama dan host yang terhubung pada
port tersebut mempunyai identitas
Network Address yang sama pula.
COL-
ACT-
STA-
123456789101112
HS1 HS2 OK1 OK2 PS
CONSOLE
Gambar 9 - 12 Implementasi VLAN
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 394 Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 395
Secara default, dari vendor
semua port pada manageable switch
tergabung dalam satu VLAN ID,
sehingga sebelum diberikan
konfigurasi VLAN ID untuk masing-
masing port, maka masing-masing
host yang terhubung pada masing-
masing port secara otomatis dapat
berkomunikasi sampai konfigurasi
VLAN diberikan.
Gambar 9.9 memperlihatkan
implementasi VLAN pada suau
manageable switch yang dengannya
terhubung enam PC dari network yang
sama, akan tetapi berbeda kelompok
VLAN.
Sebelum implementasi VLAN,
semua PC dapat saling terkoneksi
karena semuanya tergabung dalam
network 10.10.10.0/24, namun setelah
implmentasi VLAN dengan tiga
kelompok VLAN (Vlan 10,20 dan 30),
maka hanya PC yang sama VLAN ID
nya saja yang dapat saling
berkomunikasi.
PC 1 yang terkoneksi ke port 1
hanya dapat berkomunikasi dengan
PC 4 yang terkoneksi ke port 4,
karena keduanya sama-sama
menggunakan VLAN ID 10.
PC 2 yang terkoneksi ke port 2
hanya dapat berkomunikasi dengan
PC 5 yang terkoneksi ke port 5,
karena keduanya sama-sama
menggunakan VLAN ID 20.
PC 3 yang terkoneksi ke port 3
hanya dapat berkomunikasi dengan
PC 6 yang terkoneksi ke port 6,
karena keduanya sama-sama
menggunakan VLAN ID 30.
Dengan implementasi ini, terlihat
bahwa VLAN dapat membatasi
koneksi antar host yang secara
network (broadcast domain) terdapat
dalam satu kelompok, namun berbeda
kelompok collision domain (VLAN
Group).
9.4 Virtual Private Networks (VPN)
Virtual Private Networks (VPN)
merupakan solusi untuk membuat
koneksi LAN melalui internetwork.
Penerapan konfigurasinya dilakukan
pada router yang keduanya terhubung
pada internetwork dengan
menggunakan protokol yang sama
untuk keperluan VPN. Pada
beberapa aplikasi komunikasi, metoda
ini dikenal dengan istilah Tunneling.
Untuk membuat link point to point
antar router yang melakukan koneksi
dengan memanfaatkan Virtual Private
Networks (VPN) diperlukan satu
alamat jaringan.
VPN berfungsi untuk mengijinkan
dua jaringan atau komputer untuk
berkomunikasi satu sama lain melalui
suatu media yang relatif tidak
menjamin/aman. Dalam banyak
implementasi, media yang
menghubungkannya adalah internet.
Gambar 9.10 memperlihatkan
dua host (Server VPN dan Remote
Klien VPN) terhubung ke Internet
melalui Gateway/ISP masing-masing.
Karena keduanya terhubung ke
internet, maka antara keduanya dapat
saling berkomunikasi, hanya saja
untuk melakukan komunikasinya
harus ditempuh dengan melalui
banyak lompatan/hop routing,
dikarenakan melalui banyak router
dari masing-masing ISP,
Dengan implementasi VPN,
maka jumlah lompatan/hop routing
dapat disederhanakan, dimana antara
pasangan VPN (Server dan klien)
hanya terhubung dengan satu
lompatan/hop routing saja, selain itu Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 396
juga dengan implementasi VPN, data
yang di kirim-terima kan akan relatif
lebih aman, dengan diterapkannya
encryption/key management
didalamnya.
Gambar 9 - 13 Implementasi VPN
9.4.1 Protokol Tunneling VPN
Ada beberapa protokol tunneling yang
dapat digunakan pada VPN,
diantaranya:
- L2F – Protokol Forwarding pada
Layer 2. Bekerja pada link layer
OSI model dan tidak memiliki
encryption. Selanjutnya peranan
protokol ini digantikan oleh L2TP.
- PPTP - Point-to-Point Tunneling
Protocol (RFC 2637) bekerja pada
link layer, tidak memiliki encryption
/key management didalamnya.
- L2TP – Layer 2 Tunneling
Protocol. (RFC 2661),
menggabungkan L2F and PPTP
dan bekerja pada link layer, tidak
memiliki encryption/key
management didalamnya.
- IPSec - Internet protocol security,
dikembangkan oleh IETF,
diimplementasikan pada layer 3.
Merupakan kumpulan satuan
keamanan berupa pengalamatan
untuk kemanan data, integrity,
authentication, dan key
management, dalam penggunaan-
nya untuk tunneling, tidak
diterapkan key management.
- Socks – diterapkan pada
application layer
9.4.2 Keamanan VPN
Dalam implementasi tunneling,
VPN memerlukan keamanan baik
yang berupa authentification,
confidentiality, data integrity maupun Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 397
key management, untuk mengaman-
kan data yang dikirimkan melintasi
media transmisi publik. Proses
pengamanannya meliputi:
- Authentication, untuk menjamin
data terkirim dari pengirim ke
penerima yang dikehendaki.
- Confidentiality, mengamankan data
dari penyadapan pihak ketiga.
- Data integrity, memastikan data
tidak mengalami perubahan oleh
pihak lain sebelum tiba di tujuan.
- Access control, mengamankan data
dari campur tangan pihak yang
tidak diberikan hak akses.
Dalam penanganan user terkait
dengan key management atau sistem
autentikasinya maka dapat diterapkan
dua protokol key management, yaitu:
1. Radius (Remote Authentication
Dial-In User Service),
menggunakan PPTP atau L2TP
Tunnelling.
2. ISAKMP/Oakley
.
9.4.3 Membangun VPN
Untuk membangun link VPN
berikut beberapa hal yang harus
dilakukan :
1. Membuat topologi perencanaan
VPN
- Gambar 9.11 menunjukan
Topologi awal sebelum
implementasi VPN.
Gambar 9 - 14 Topologi Sebelum Implementasi VPN
- Topologi setelah implementasi VPN
Gambar 9 - 15 Topologi Sesudah Implementasi VPN Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 398
2. Membangun PC Router dengan
menggunakan sistem operasi
jaringan tertentu (dalam
implementasi ini akan digunakan
s\istem operasi Linux)
- Mempersiapkan PC untuk
Router dengan memasang dua
buah network interface card.
- Instalasi sistem operasi
jaringan dilengkapi dengan
fungsi IP Forwarding.
- Instalasi/aktivasi kernel untuk
keperluan penambahan device
virtual/VPN. (untuk linux dapat
diaktivasi device GIF).
- Memberi Konfigurasi Network
(IP Address dan Routing) pada
kedua network interface card
sesuai dengan networknya
(Local dan Internet Gateway).
Router 1:
Router 2:
Mengkonfigurasi alamat tunneling
pada device GIF, dengan membuat
virtual link.
Pada Router 1:
Pada Router 2:
Untuk melakukan verifikasi terhadap
konfigurasi yang telah diberikan, dapat
di cek dengan menggunakan perintah:
# ifconfig gif0 create
# ifconfig gif0 tunnel 202.10.20.2
202.100.200.2
# ifconfig gif0 inet 192.168.100.1
192.168.100.2 netmask 0xffffffff
# ifconfig gif0 create
# ifconfig gif0 tunnel 202.100.200.2
202.10.20.2
# ifconfig gif0 inet 192.168.100.2
192.168.100.1 netmask 0xffffffff
# ifconfig eth0 192.168.100.2
netmask 255.255.255.0
# ifconfig eth1 202.10.20.2 netmask
255.255.255.240
Konfigurasi tunneling berhasil apabila
respon nya:
# ifconfig gif0
gif0: flags=8051<UP,POINTOPOINT,
RUNNING,MULTICAST> mtu
1280 tunnel inet 202.10.20.2 ‐‐>
202.100.200.2
inet 192.168.100.1 ‐‐> 192.168.100.2
netmask 0xffffffff
# ifconfig gif0
# route add default gw 202.10.20.1
# ifconfig eth0 192.168.200.2
netmask 255.255.255.0
# ifconfig eth1 202.100.200.2
netmask 255.255.255.240
# route add default gw
202.100.200.1 Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 399
Selanjutnya pada table routing
terdapat opsi routing tambahan
berupa penambahan routing static ke
remote network melalui interface
Tunnel:
Untuk melewatkan koneksi antar
network, maka antar router tersebut
harus ditambahkan opsi routing
dengan destination remote network
melalui ip address tunneling pada
remote router.
Pada Router 1:
Pada Router 2:
3. Pengujian dapat dilakukan dengan
menggunakan tools monitoring
network (ping dan traceroute).
Dengan menggunakan tools ping,
yakinkan koneksi antara kedua
network tersebut sudah terbangun.
Dengan menggunakan traceroute,
yakinkan hop yang dilalui oleh
paket data dari local network ke
remote network hanya satu hop,
yaitu setelah melalui local router
selanjutnya packet data langsung
disampaikan ke remote router
melalui interface tunnel.
# netstat ‐rn
Routing tables
Destination Gateway Flags Use Netif Expire
192.168.2.1 192.168.1.1 UH 0 gif0 ...
9.5 Membangun Koneksi.
Melakukan kinfogurasi kepada
suatu manageable switch atau
dedicated router dapat dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya:
1. Melalui koneksi hyper terminal
(console), dilakukan dengan akses
hyper terminal dari program, setelah
sebelumnya dibuat koneksi antara
host (serial port) dengan
switch/router pada port console.
# route add –net 20.20.20.0/24
192.168.100.2
# route add –net 10.10.10.0/24
192.168.100.1
Gambar 9 - 16 Tampilan Awal Konfigurasi Hyper Terminal
Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 400
- Isi nama koneksi dan pilih
salah satu icon koneksi untuk
pembuatan shortcut.
- Selanjutnya tentukan port yang
digunakan untuk koneksi dan
bit rate.
- Selanjutnya apabila berhasil,
maka hyper terminal akan
menghantarkan kita ke
terminal pada remote terminal.
Masukan user – password
untuk aksesnya.
Untuk sistem tanpa password,
maka dapat diberikan eksekusi
”enter” sebagai pengantarnya.
Gambar 9 - 17 Tampilan Remote Terminal Melalui Hyper Terminal
2. Web Base, dengan memanfaatkan
protokol http sebagai interface-nya,
dilakukan dengan terlebih dahulu
menghubungkan host dengan
remote host (manageable switch/
dedicated router) yang akan di
konfigurasikan, baik dengan melalui
network atau secara langsung. Satu
syarat yang harus di penuhi adalah
alamat yang akan ditempatkan
pada address bar browser harus
diketahui, dan meyakinkan koneksi
antar host tersebut.
3. Remote Terminal, bisa
menggunakan Telnet, SSH, winbox,
rlogin atau tools remote terminal
lainnya. Telnet atau SSH dapat
dilakukan melalui software, salah
satunya adalah putty.
Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 401
Gambar 9 - 18 Software Putty untuk remote login
Gambar 9 - 19 Winbox Loader untuk Remote Terminal
Atau dapat pula digunakan software
winbox tampilannya seprti
ditunjukan pada gambar 9.16.
Selain dari dua software diatas masih
banyak software remote terminal yang
dapat digunakan untuk melakukan
pengkonfigurasian suatu host tertentu.
9.6 Diagnosa Permasalahan WAN
Dalam komunikasi jaringan
komputer, khususnya Wide Area
Network, perlu dilakukan proses
monitoring jaringan. Hal ini
dimaksudkan agar seorang
penanggung jawab jaringan/
autonomous system (AS), biasanya
seorang network administrator, dapat
melakukan pemantauan terhadap
interkoneksi autonomous system yang
menjadi tanggung jawabnya.
Dalam hal diagnosa permasalah-
an WAN, fokus yang harus diper-
hatikan adalah analisa kinerja jaringan
(trafic) yang dapat dilakukan pada
software dengan memanfaatkan
protokol SNMP dengan memperhati-
kan dua parameter, yaitu parameter
Layanan dan parameter Efisiensi.
Disamping itu hal yang harus
diperhatikan adalah load balancing Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 402
dengan memanfaatkan QoS (Quality
of Service).
Analisa kinerja jaringan
didefinisikan sebagai suatu proses
untuk menentukan hubungan antara 3
konsep utama, yaitu sumber daya
(resources), penundaan (delay) dan
daya-kerja (throughput).
Obyektif analisa kinerja
mencakup analisa sumber daya dan
analisa daya kerja. Nilai keduanya ini
kemudian digabung untuk dapat
menentukan kinerja yang masih dapat
ditangani oleh sistem.
Analisa kinerja pada jaringan
komputer membicarakan sifat dasar
dan karakteristik aliran data, yaitu
efisiensi daya-kerja, penundaan dan
parameter lainnya yang diukur untuk
dapat mengetahui bagaimana suatu
pesan diproses di jaringan dan dikirim
lengkap sesuai fungsinya.
Analisa Kinerja jaringan komputer
dapat didefinisikan sebagai penelitian
kuantitatif yang terus menerus
terhadap suatu jaringan komunikasi
dalam urutan kerja yang tetap berada
dalam fungsinya (Terplan, 1987) agar
hal-hal berikut dapat terpenuhi, yaitu:
- Dapat menyempurnakan level
layanan pemeliharaan.
- Dapat mengenali potensi
kemacetan.
- Dapat mendukung pengendalian
operasional jaringan, administrasi
dan merencanakan kapasitas.
Administrasi jaringan membantu
langkah analisa kinerja dalam usaha
mengevaluasi kemampuan layanan
pada konfigurasi tertentu, selanjutnya
akan mendefinisikan indikator kinerja
yang penting, merekomendasikan
prosedur pelaporan kinerja dan
menentukan antarmuka manajemen
basis data.
Kriteria penting dari sudut
pandang pemakai jaringan adalah
keandalan, yaitu kriteria pengukuran
seberapa mudah suatu sistem terkena
gangguan, terjadi kegagalan atau
beroperasi secara tidak benar.
Keandalan adalah ukuran statistik
kualitas komponen dengan
menggunakan strategfi pemeliharaan,
kuantitas redudansi, perluasan
jaringan secara geometris dan
kecenderungan statis dalam
merasakan sesuatu secara tidak
lenagusng tentang bagaimana suatu
paket ditansmisikan oleh sistem
tersebut.
Kinerja jaringan dapat diukur
berdasarkan kriteria Terplan (1987):
1. Kriteria level pemakai (user level),
yaitu waktu respon dan keandalan.
- Waktu respon yaitu waktu
tanggapan saat paket
dipancarkan dengan benar.
- Keandalan yaitu suatu
keadaan yang dapat
menentukan seberapa
berfungsinya sistem pada
suatu tugas pengiriman paket.
2. Kriteria level jaringan (network
Level), yaitu waktu respon rata-
rata. Penentuan waktu respon
rata-rata dilakukan dengan 2
langkah, yaitu:
- Menentukan rata-rata
penundaan satu jalur paket
melewati jaringan dan antar
mukanya sebagai suatu fungsi
beban terhadap ukuran paket.
- Menggunakan informasi
dengan penundaan dan
pemakaian link untuk
menghitung waktu respon rata-
rata pemakai.
Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 403
3. Kriteria kinerja khusus, yaitu daya
kerja dan penundaan rata-rata.
9.7 Perbaikan/Setting Ulang WAN
Perbaikan terhadap kerusakan
pada bagian jaringan harus
secepatnya dilakukan,. Hal termudah
yang dilakukan adalah melakukan
restore terhadap sistem backup yang
telah disimpan sebelumnya. Akan
tetapi proses back up sistem sering
terlewatkan oleh pengelola jaringan
komputer, sehingga ketika terjadi
gangguan pada jaringan maka
perbaikannya menjadi sulit.
Satu hal yang harus di perhatikan
ketika dilakukan setting ulang adalah
down time. Ketika dilakukan
perbaikan / setting ulang jaringan,
user mendapat banyak kerugian
akibat terputusnya koneksi.
Seandainya dengan sangat
terpaksa harus ada proses mematikan
koneksi, maka hal tersebut harus
dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin.
Peranan mesin/ perangkat back up
sangat diperlukan untuk
menanggulangi recovery apabila
terjadi kerusakan pada sistem
sehingga mengharuskan dilakukan
perbaikan/setting ulang terhadap
jaringan.
Perbaikan terhadap satu atau
beberapa komponen jaringan
komputer dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu mengelompokan
gejala kerusakan yang terjadi baik
berdasarkan lokasinya (melokalisasi
masalah) dan dilanjutkan dengan
mencari inti permasalahannya,
apakah masalah terjadi pada daerah
media/fisik, konfigurasi jaringan,
sistem operasi atau atau apliksi
jaringan yang diterapkan.
Setelah hal tersebut dilakukan
maka tindakan perbaikan dapat
dilakukan dengan objektif terhadap
masalah yang terjadi. Penanganan
masalah harus dilakukan dengan tidak
menimbulkan masalah baru pada
jaringan.
Seefektif apapun tindakan
perbaikan terhadap suatu masalah
yang terjadi sudah tentu akan
berdampak pada kualitas koneksi
jaringan, misalnya paling tidak
jaringan akan mengalami down time
ketika perbaikan dilakukan.
Untuk menjaga reliabilitas
jaringan, maka yang seharusnya
dilakukan oleh pengelola jaringan
secara teknis adalah melakukan
perawatan terhadap kualitas koneksi
jaringan, pemeliharaan tidak
menunggu sampai satu atau beberapa
bagian dari jaringan komputer
mengalami masalah.
Perawatan yang dilakukan
sebaiknya dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Adanya prosedur yang baku
pada jaringan komputer, baik
yang terkait dengan topologi
dan perangkat jaringannya,
maupun aturan terhadap
pengelolaan jaringan tersebut,
meliputi aturan terhadap
personal yang diberi
wewenang terhadap
pengaturan jaringan secara
teknis dan lingkup perubahan
teknis jaringan komputer yang
dilakukan, setiap perubahan
teknis/konfigurasi harus
disetujui oleh semua pihak
yang berkepentingan terhadap
kinerja jaringan tersebut.
2. Perawatan dilakukan secara
berkala yang meliputi semua
hal yang terkait kinerja Teknik Komputer dan Jaringan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 404
jaringan, mulai dari kualitas
fisik/media jaringan,
konfigurasi jaringan, reliabilitas
sistem operasi yang
digunakan, sampai
performance dari aplikasi yang
digunakan untuk
memanfaatkan jaringan
komputer tersebut.
3. Adanya data perawatan atau
dikenal dengan data
Maintenance Repair (MR), hal
ini berguna sebagai data /
referensi apabila di kemudian
hari terdapat kebutuhan
terhadap kondisi pada kurun
waktu tertentu.
9.8 Soal-Soal Latihan
Soal-soal latihan ini diperuntukan bagi
siswa yang telah selesai melakukan
pemahaman Bab 9 mengenai Wide
Area Network (WAN).
Jawablah pertanyaan dibawah ini
dengan tepat.
1. Apa yang dimaksud dengan Wide
Area Network (WAN)
2. Jelaskan komponen pembentuk
Wide Area Network (WAN)
3. Jelaskan tiga jenis koneksi WAN
4. Apa yang dimaksud dengan
Protokol WAN, berikan contohnya
5. Jelaskan dua metoda autentikasi
yang disediakan oleh PPP.
6. Jelaskan keunggulan CHAP
dibanding PAP pada implementasi
koneksi PPP.
7. Tuliskan topologi fisik yang dapat
dibentuk untuk
mengimplementasikan jaringan
Frame Relay.
8. Apa yang dimaksud dengan Virtual
LAN (VLAN).
9. Apa yang dimaksud dengan Virtual
Private Network (VPN).
10. Sebutkan beberapa protokol
tunneling yang dapat digunakan
pada VPN.
11. Tuliskan prinsip yang digunakan
dalam melakukan diagnosa
permasalah pada WAN.
12. Tuliskan hal yang harus
diperhatikan dalam upaya
menjaga kehandalan kualitas
koneksi jaringan komputer.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment